Pages

Subscribe:

Sabtu, 24 Maret 2012

SEJARAH KOTA REOG PONOROGO/BY DWI SETIAWAN

Warok Ponorogo Akan menceritakan Sejarah Kabupaten dan Kota Ponorogo tidak lepas dari kesenian reog Ponorogo. Reog Ponorogo simbol dari Kota Ponorogo. Kabupaten yang merupakan salah satu kabupaten  di Jawa Timur ini juga merupakan basis islam. Banyak pondok pesantren besar yang ada di sana seperti ponpes gontor, ponpes almawadah, darul huda dan lain sebagainya. Dengan masyarakat yang di dominasi oleh kalangan petani, pagawai negri dan pedagang Kabupaten Ponorogo sekarang mencoba untuk mengembangkan daerahnya semaksimal mungkin.


Di sini infoku terbaru akan menjelaskan Sejarah Kabupaten Ponorogo sendiri yang tak lepas dengan keberadaan reog ponorogo. Reog ponorogo yang menjadi salah satu kebudayaan nasional ini memilik sejarah yang berkaitan dengan berdirinya kabupaten ponorogo. Anda mungkin tahu bujangganong, klonosewandono, warok Ponorogo, barongan, jatil, dan lain sebagainya adalah merupakan tokoh yang juga mengawali berdirinya Kabupaten Ponorogo.
Batoro katong merupakan perintis dari Kabupaten Ponorogo, dengan kedatangannya wilayah yang dulunya berupa hutan belantara ini dibangun menjaadi permukiman penduduk. Dengan semangat gotong royong dan kemauan untuk mengembangkan wilayah itu, daerah tersebut terus berkembang dan akhirnya menjadi daerah yang besar.
Sejarah Kabupaten Ponorogo juga tidak lepas dari reog Ponorogo. Berawal dari Prabu Klono Sewandono dari kerajaan Bantarangin, yang merupakan penguasa di Ponorogo yang ingin melamar Dewi dari Songgo langit dari kediri. Kemudian ada juga singo lodro yang berasal dari Blitar yang ingin melamar dan senang Dewi Songgo langit. di tengah – tengah perjalanan Prabu Klonosewandono di cegat oleh Singolodro. Kemudian terjadilah peperangan yang akhirnya dimenangkan oleh Prabu Klonosewandono. Karena kalah Singolodro kemudian dibawa sekalian oleh prabu Klonosewandono ke Blitar. Dengan diarak dan dialuni nyanyian – nyanyian musik reog ponorogo dari gamelan serta para wanita cantik penunggang kuda, Singolodro dijadikan tontonan dan persembahan untuk Dewi Songgolangit. Kemudian tanpa disadari ada burung merak yang hinggap di kepala Singo lodro. Sehingga tontonan tersebut menjadi hiburan yang sangat menarik bagi masyarakat sekitar. Maka dari itu terciptalah Kebudayaan Reog Ponorogo.
Dengan sejarah Kabupaten Ponorogo yang berawal dari itu maka sampai sekaraang Ponorogo dikenal dengan reyog nya. Di Ponorogo sendiri ada beberapa objek wisata yang juga menjadi daya tarik pariwisata di Ponorogo, seperti contohnya Telaga Ngebel, air terjun Pletuk yang punya ketinggian kurang lebih 60m, dan lain sebagainya. Banyak sekolah yang ada di Ponorogo. Misalnya ada Unmuh Ponorogo, SMA 1 Ponorogo, SMP 1 Ponorogo, SMK 1 Ponorogo, SD Ponorogo, TK Ponorogo dan lainnya.
Sekarang ini banyak perkembangan yang terjadi di Ponorogo. Banyak infrastruktur yang telah dibenahi dan juga fasilitas – fasilitas penunjang misalnya hotel di Ponorogo. Semoga kedepannya ponorogo terus berkembang dan menjadi salah satu kabupaten yang maju. Semoga nantinya ada salah satu orang terkaya yang berasal dari ponorogo.
By warok ponorogo

Senin, 19 Maret 2012

Asal Mula REOG Ponorogo

Asal Mula Reog Ponorogo
       Singo Barong dan Kelana Suwandana adalah dua orang saudara seperguruan yang telah lama menjadi musuh bebuyutan. Permusuhan keduanya makin meruncing saat mereka secara bersamaan mengikuti sebuah sayembara dengan tiga persyaratan yang sangat mustahil untuk dipenuhi.
Pada sayembara dimana pemenangnya bisa menikahi putri cantik Sanggalangit yang juga anak penguasa terkemuka di Kediri, peserta diharuskan mempersembahkan tiga syarat yaitu seratus empatpuluh empat ekor kuda kembar lengkap dengan penunggangnya yang tampan, mahluk berkepala dua, dan tontonan menarik yang belum pernah disaksikan siapapun.
Iri Singo Barong makin menjadi saat tahu saingannya berhasil mendapatkan seratus empatpuluh empat ekor kuda yang tidak cuma kembar namun juga memiliki surai dan ekor berwarna emas. Dengan licik, ia memerintahkan orang kepercayaannya untuk merebut persyaratan pertama yang telah sukses dipenuhi Kelana Suwandana tersebut.
Akibatnya terjadi pertempuran sengit yang memakan banyak korban dari kedua belah pihak, bahkan akhirnya Singo Barong dan Kelana Suwandana harus berhadapan dan bertarung. Singo Barong nyaris saja menang, sayang matahari terbit yang menjadi pantangannya keburu muncul.
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Kelana Suwandana, yang berhasil mengubah sosok Singa Barong menjadi mahluk berkepala dua di akhir pertarungan mereka. Kepala yang pertama adalah singa, sementara yang kedua berwujud merak, mahluk peliharaan Singa Barong yang selama ini bertengger dikepalanya untuk membersihkan kutu di kepala pria itu.
Siapa sangka, Singo Barong yang telah berubah wujud singa-merak membuat Kelana Suwandana sukses memenuhi syarat kedua. Untuk syarat ketiga, Kelana mengarak Singo Barong yang telah berubah wujud menjadi singa sambil diiringi gamelan unik yang terbuat dari bambu dan kayu.
Pada akhirnya, Kelana Suwandana tampil sebagai pemenang. Tidak cuma menikahi Sanggalangit dan menjadi penguasa Kediri, ia juga mewariskan kesenian arak-arakan singa dan gamelan yang kini dikenal dengan nama Reog Ponorogo.

FESTIVAL REOG

FESTIVAL REOG
Festival Reog merupakan acara tahunan di Ponorogo dan hanya ada di Ponorogo. Seperti saat Grebeg Suro 2008 dan Festival Reog Nasional IV
Grebeg Suro 2008 dan Festival Reog Nasional IV – Even tahunan yang pasti ndak boleh ditinggalkan oleh seluruh warga Ponorogo dan Indonesia pada umumnya. Sebuah event yang menggabungkan seni, budaya, wisata religi, dan hiburan ini merupakan kegiatan rutin Ponorogo dalam menyambut 1 Muharam (1 Suro).

Jumat, 16 Maret 2012

GREBEK SURO

Grebeg Suro
 
Grebeg Suro ini digelar oleh masyarakat Ponorogo untuk menyambut bulan Suro atau bertepatan dengan tahun baru Islam 1 Suro. Saat itu masyarakat Ponorogo mengadakan tirakatan  semalam suntuk dengan mengelilingi kota dan berhenti di Alun-Alun Ponorogo
Grebeg Suro Ponorogo merupakan acara tradisi kultural masyarakat Ponorogo dalam wujud pesta rakyat. Seni dan tradisi yang ditampilkan meliputi Festival ReogPawai , Grebeg Suro dan Kirap Pusaka, dan Larungan Sesaji.
Anda akan menyaksikan prosesi penyerahan pusaka ke makam bupati pertama Ponorogo. Kemudian disusul pawai ratusan orang menuju pusat kota dengan menunggang bendi dan kuda yang dihiasi. Berikutnya akan ada Festival Reog Nasional di alun-alun kota. Saat itu puluhan grup reog di Jawa Timur bahkan dari Kutai Kartanagara, Jawa Tengah, Balikpapan, dan Lampung akan turut tampil memeriahkan acara meriah ini.
Grebeg Suro Ponorogo sudah belasan tahun dilaksanakan karena dinilai memiliki nilai kearifan lokal meliputi nilai simbolik, nilai tanggung jawab, nilai keindahan, nilai moral, nilai hiburan, nilai budaya, nilai sosial, nilai ekonomi, nilai apresiasi, dan nilai religius. Dengan nilai-nilai luhur yang terkandung tersebut maka wajarlah Grebeg Suro Ponorogo selalu dipertahankan hingga sekarang oleh masyarakat Ponorogo.